Ini Alasan Guru belum Layak Dibayar Mahal di Indonesia



Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,  begitulah sebutannya di Indonesia. Guru professi yang sensitif di masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus menjadi panutan bagi setiap muridnya juga masyarakat sekitar.  Selain mengajar dengan ikhlas, mereka pun mengantarkan para murid menuju pendidikan yang lebih tinggi. Namun, saat ini gaji guru dinilai masih kurang  layak Indonesia.

Laporan survei yang dibuat oleh Varkey Gems Foundation memaparkan gaji guru di seluruh dunia. Gaji rata-rata guru dikonversi ke dolar Amerika Serikat (AS)


Dalam surveinya, Varkey mengungkapkan bahwa Singapura menggaji gurunya dengan baik. Bahkan, menjadi yang tertinggi di dunia, yakni sebesar USD45.755 per tahun (setara Rp512.089.960) , Amerika sebesar USD44.917 (setara Rp502.711.064), dan Korea Selatan USD43.874 (setara Rp491.037.808).

Penelitian menunjukkan bahwa guru yang dibayar lebih baik akan menghasilkan siswa yang berkualitas. Negara-negara seperti Finlandia, Korea Selatan  dan USA  terbukti memiliki hasil yang sangat baik.


Indeks status guru secara global menunjukkan banyak orang berpikir di banyak negara, jika guru layak dibayar lebih. Lalu mengapa di Indonesia, tidak.  Padahal sistem pendidikan  Indonesia salah satu yang terendah. Ini salah satu alasan , guru  tidak layak dibayar mahal di Indonesia ;

Input calon guru
Di negara Finlandia pendidikan guru adalah  jurusan yang paling favorit di Perguruan Tinggi, seperti halnya kedokteran ataupun teknik di Indonesia. Persaingan sangat ketat di jurusan keguruan. Hanya Siswa-siswi terbaik yang bisa kuliah keguruan. Di Singapura hanya rangking 1-3 yang bisa ikut test pendidikan keguruan.  Generasi-generasi terbaik dari negara-negara ini akan bekerja sebagai guru.  Guru-guru adalah sumber daya manusia (SDM) terbaik mereka.  Tentu, layak dibayar mahal. Sehingga, menghasilkan siswa yang berkualitas , sistem pendidikan mereka terseleggara dengan baik, dan menyandang terbaik.
Berbeda di Indonesia, Profesi guru  paling tidak favorite. Berdasarkan  survei penulis, dari puluhan ribu  siswa; SD-SMP-SMA, dari berbagai daerah, tidak sampai puluhan siswa yang bercita-cita jadi guru.  Mereka tidak berminat jadi guru, padahal hampir setiap hari bersama guru.
Dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri, passing grade keguruan adalah salah satu yang paling rendah. Kebanyakan dari mahasiswa keguruan, lulusan pada pilihan kedua ataupun ketiga.  Input mahasiswa keguruan bukan dari siswa-siswi terbaik.  SDM calon guru di Indonesia berada pada menengah ke bawah.  Hasil UKG 2015, membuktikan bahwa kualitas guru di Indonesia masih jauh dari harapan.  
Perlu direview SDM calon guru, dari bibit bobotnya.
Bagi kita guru, bersabarlah  jika professi guru belum bisa seperti halnya di Negara tetangga yang bisa membayar guru  sampai Rp. 42 juta/ bulan.  WN #revolusiguru






Tidak ada komentar:

Posting Komentar