Opini ( Upaya Kemdikbud dalam Menjangkau yang Tidak Terjangkau ) Hardiknas 2012

Sebagai Rangkaian Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2012

Upaya Kemdikbud “Menjangkau” untuk Bisa “Menjangkau”

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat, itu lah sebagian isi dari pasal 5 UU No. 20 tahun 2003. Dengan memaknai kalimat ini, mungkin kita tidak akan pernah mendengar cerita orang putus sekolah karena kurang mampu.Tapi bukan hanya mendengar lagi, kita sudah melihat sendiri orang-orang disekitar kita banyak yang putus sekolah karena alasan tidak mampu melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi. Faktanya, masih banyaknya anak jalanan yang berlalu lalang disetiap persimpangan jalan di kota-kota besar seperti  kota Medan. Hal ini  masih hal yang mudah terlihat oleh kalangan yang masih mungkin perduli dengan kondisi orang-orang disekitarnya. Hal lain yang mungkin lebih kontras, tidak terlihat karena keberadaanya jauh dari jangkauan kahalayak ramai, misalnya adalah perkampungan yang masih jarang dilalui oleh transportasi umum bahkan mungkin tidak pernah di lalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Banyak hal yang mungkin menjadi penyebab hadirnya kalangan masyarakat baik peserta didik maupun orangtua yang kurang mengerti akan pendidikan baik dari segi sistem pendidikan dan bahkan manfaat dan efekya terhadap kehidupannya dikemudian hari. Ketika kalangan masyarakat yang seperti ini semakin bertambah, bagaimana kah nasib bangsa kita?. Oleh karena itu, kondisi seperti ini bukan lagi sesuatu yang tidak layak untuk dibuat menjadi masalah utama dalam satu periode roda pemerintahan, karena sangat mempengaruhi kondisi bidang apapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
            Tahun 2012 pemerintah telah mencanangkan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)   sebagai tahun untuk memberikan layanan kepada mereka yang tidak terjangkau dalam rangka peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) di semua jenjang pendidikan. Progam ini dilakukan  dengan cara menjemput para lulusan SMA/SMK/MA dari keluarga tidak mampu, baik secara ekonomi dan faktor  lain seperti masalah geografis dan budaya  untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Untuk itu pemerintah telah menyiapkan tiga langkah dalam pelaksanaan program ini yakni  membuat kebijakan berpihak atau yang menekankan diskriminasi positif yang mengarah pada fungsi keadilan, membangun sekolah baru sekaligus memperbaiki sekolah yang sudah ada, dan menyediakan bantuan dana pendidikan bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi. Program ini memang begitu baik terencana, akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana semua program ini bisa terlaksana dan hasilnya bisa terlihat secara optimal. Maka untuk itu, perlu diperhatikan kondisi realita masyarakat  yang berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat terlaksananya program yang sudah dicanangkan. Faktor-faktor ini meliputi:

1.      Pengetahuan Masyarakat akan Dunia Luar yang Masih Minim
Bagai “katak dalam tempurung” begitulah terkadang kondisi masyarakat yang susah untuk berkembang, merasa bahwa dunia hanya sebatas yang dia tahu atau hanya sebatas yang pernah dia lihat. Kondisi inilah yang sering membuat orang kurang bisa menerima hal baru yang mungkin dihadirkan dalam kehidupannya sehingga dalam hal usaha pemerintah untuk menyelenggaraan  sosialisasi dan pengembangan pendidikan susah untuk diterapkan. Faktor inilah yang paling utama perlu dihindari oleh pemerintah sehingga masyarakat  tidak menjadi primitif dalam pola pikir dan gaya hidup.



2.      Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Pendidikan
Akibat rendahnya pendidikan dan pengetahuan, sebagian besar masyarakat berpikir bahwa hidup ini hanya begitu-begitu saja dan hanya tergantung kepada kekuatan dia sendiri dan tidak perduli dengan kehidupan orang lain. Kehidupan yang seperti ini sering terjadi secara turun temurun, bahkan ketika ada niat seorang anak untuk bersekolah orangtua melarang dengan alasan yang mungkin bisa mempengaruhi pemikiran sianak sehingga mengikuti pola pikir orangtuannya. Masyarakat tidak pernah berpikir bahwa pendidikan dan pengetahuan tidak akan pernah dapat mengubah hidupnya, sehingga dia hanya terfokus kepada fisik dia sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga tidak jarang ditemukan sampai saat ini pekerjaan orangtua yang dulunya seorang pemulung diikuti oleh anaknya menjadi seorang pemulung.

3.      Pengetahuan Masyarakat tentang Sistem dan Kemudahan Pendidikan
Orangtua sering meminta sianak untuk tidak melanjutkan pendidikanya kejejang yang lebih tinggi dengan alasan tidak akan mampu mengurus persyaratan dan hal-hal yang harus dilalui danatau harus di penuhi. Masyarakat sering berpikir bahwa adalah sesuatu yang  susah atau merepotkan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Informasi tentang kemudahan dalam pendidikan juga sering tidak diketahui sama sekali oleh masyarakat sehingga ketika berbicara tentang pendidikan keperguruan tinggi, masyarakat sering merasa sesuatu beban yang sangat berat. Pemikiran seperti ini membuat masyarakat merasa bahwa dia tidak akan mampu menjangkau pendidikan yang sebenarnya dia tahu itu sangat penting bagi kehidupan masa depannya.

4.      Adat Istiadat dan Sosial Budaya
Kebiasaan atau adat istiadat disuatu daerah sering menjadi  faktor yang mempengaruhi minat masyarakat  akan pentingnya pendidikan dalam kehidupannya. Adakalanya masyarakat di suatu daerah itu jarang yang melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi, sehingga kebiasaan ini turun-temurun dari generasi ke generasi. Kebiasaan seperti ini sering terjadi didaerah pesisir pantai. Faktor budaya juga dapat mempengaruhi hubungan masyarakat dengan dunia luar mereka sehingga susah  untuk  memasukkan budaya pendidikan yang lebih modern.

5.      Peranan Guru dan Tokoh Masyarakat
Guru dan tokoh masyarakat adalah orang yang paling tepat sebagai mediasi  untuk melangsungkan  komunikasi dengan masyarakat suatu daerah,  sehingga membantu  dalam penyelenggaraan sosialisasi pendidikan. Guru dan tokoh masyarakat juga sebagai mediasi utama dalam penjangkauan  perserta didik  dikalangan masyarakat yang tidak mampu.

6.      Image Pemerintah di Mata Masyarakat
Masalah pemerintahan kerap diketahui oleh masyarakat  melalui media cetak, elektronik, ataupun sumber lain. Jika citraan pemerintah terhadap masyarakat  bernilai buruk maka masyarakat umum akan susah untuk menerima asuhan atau bimbingan pemerintah dalam bidang apapun yang dalam hal ini  bidang pendidikan.

Faktor penghambat dan pendukung rentan tidak diperhatikan dalam pelaksanaan program pengembangan pendidikan  sehingga impan balik atau respon dari masyarakat tidak terlihat secara optimal. Oleh karena itu, terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat terhadap dunia pendidikan akan mempermudah  pelaksanaan program pemerintah dalam bidang apapun secara khusus bidang pendidikan. Sehingga, program penjangkauan oleh pemerintah  terhadap peserta didik yang tidak terjangkau  akan menimbulkan kembali penjangkauan  pendidikan yang tidak terjangkau oleh masyarakat melalui bantuan dan kemudahan  yang mereka ketahui dari upaya sosialisasi  pendidikan. Umpan balik dari masyarakat  melalui kemudahan dan bantuan pemerintah adalah mampunya masyarakat menjangkau pendidikan yang selama ini dalam pikiran masyarakat tidak akan pernah bisa di jangkaunya sendiri.


            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar