1.15.2016

Analsis prestasi dan minat belajar mahasiswa keguruan berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi masuk PTN.

Analsis prestasi dan minat belajar mahasiswa keguruan berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi masuk PTN.

Latar Belakang.
A.    Rendahnya kualitas guru di Indonesia
Pada tahun 2012, firma pendidikan internasional ‘Pearson’ menerbitkan peringkat sistem pendidikan didunia. Enam peringkat teratas adalah Finlandia, Korea Selatan, Hongkong, Jepang, Singapura dan Inggris . Sementara, tiga peringkat terendah adalah Brasil, Meksiko,dan  Indonesia dan Indonesia menjadi peringkat 39 dari 40 negara(Harian kompas, 27/11/2012 ). Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010, keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru, "budaya" pendidikan dan jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik yang meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji. Hal ini mengimplikasikan bahwa masih rendahnya kualitas guru di Indonesia.
Rendahnya kualitas guru Indonesia juga dibuktikan melalui penelitian yang dirilis oleh World Bank pada 2012, penelitian ini dilakukan di kelas-kelas para guru yang menjadi responden dengan cara direkam atau divideokan. World Bank mengambil sampel di 12 negara Asia dan hasilnya guru Indonesia berada diurutan ke-12. Selain itu, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang diselenggarakan Kemdikbud pada 2012 juga menunjukkan hasil yang rendah, dimana nilai rata-rata guru yang ditetapkan minimal 70 ternyata para guru hanya mencapai nilai rata-rata 44,5 dari skor 100.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan ( BPSDMK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan ( PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) RI, Syawal Gultom, mengakui  bahwa masih banyak guru terutama di daerah-daerah  yang tidak lulus uji kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat dari rendahnya kualitas guru dan banyak guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik. Kepala Subdirektorat Tenaga Kependidikan Kementrian Riset ,Teknologi dan Pendidikan Tinggi ,Agus Susilo menyatakan kualitas guru di Indonesia kurang baik, “guru kita ibarat air keruh di dalam jambangan” . Menurut Anis Baswedan,  Pada Musyawarah Perencanaan pembangunan ( Musrenbang) Pendidikan se-provinsi Jambi ( 26/3/2015) rendahnhya kulitas guru di Indonesia nampak dari hasil uji kompetensi guru secara nasional yang di lakukan tahun 2012, nilai kompetensi guru Indonesia tidak mencapai 50% atau setengah dari skor maksimal kompetensi guru sebesar 100.
Ketua Dewan Pendidikan Sumut OK Nazaruddin Hisyam dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Unimed) Belferik Manullang, mengaku, hasil UKA 2012 membuktikan kualitas guru di Sumut  rendah, Sumut meraih nilai rata rata 37,4, atau jauh dari rata-rata nasional sebesar 42,25 dan peringkat ke-25 dari 33 provinsi. Sekretaris Dewan Pendidikan Sumatera Utara mengatakan bahwa di SUMUT kualitas guru yang ada belum memadai, belum menguasai ilmu pengetahuan teknologi sehingga guru harus dituntut untuk meningkatkan kualitas kompetensinya ( Harian SIB, 16/6/2015)
Kualitas guru menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Anis Baswedan, Kemendikbud 2014).  Rendahnya kualitas guru disebabkan oleh rendahnya uji kompetensi ,substansi keilmuan dan pemahaman penerapan pola pembelajaran yang tepat kepada anak didik. Firma pendidikan Pearson menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik pada guru. Dalam hal ini, perlu diteliti  faktor penyebab yang mempengaruhi rendahnya kompentensi, substansi keilmuan, pemahaman pola pembelajaran guru.  Sebab, studi maupun pelatihan yang  di lakoni guru selama ini tidak menunjukkan hasil  yang optimal.

Berdasarkan pemaparan seorang dosen UNIMED, dari hasil interview beberapa mahasiswa bimbinganya menyimpulkan bahwa adanya  hubungan minat belajar dan prestasi belajar  dengan peminatan  pilihan jurusan  ketika masuk  PTN.  Minat belajar  dan  prestasi mahasiswa yang pilihan pertamanya jurusan keguruan UNIMED lebih  baik daripada yang pilihan kedua maupun ketiga. Pada hal, kompetensi, keilmuan dan pola pembelajaran di pelajari secara komprehensif dan padu hanya ketika studi di jurusan keguruan. Didalam pelatihan guru, ini hanya dipelajari singkat saja Penulis berasumsi bahwa  adanya korelasi antara minat belajar dan prestasi guru ketika masa studi dengan kompetensi guru saat ini dan kemungkinan mahasiswa keguruan PTN di Indonesia adalah kebanyakan mahasiswa dengan peminatan pilihan kedua dan ketiga.. Oleh sebab itu penulis bermaksud meneliti “Analisis prestasi dan minat belajar mahasiswa  keguruan  berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam  seleksi masuk PTN”. Dari hasil penelitian ini, dapat menggambarkan kebergengsian  jurusan keguruan  dimata para calon mahasiswa berdasarkan tingkat peminatan., menyimpulkan ada tidaknya korelasi antara kualitas guru  dengan pilihan peminatan masuk PTN.  Dan diharapkan nantinya, bisa menjadi  referensi baru bagi pemerintah dalam  memutuskan suatu kebijakan pendidikan secara khusus dalam  penyelenggaraan seleksi masuk PTN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar