1.15.2016

Analsis prestasi dan minat belajar mahasiswa keguruan berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi masuk PTN.

Analsis prestasi dan minat belajar mahasiswa keguruan berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi masuk PTN.

Latar Belakang.
A.    Rendahnya kualitas guru di Indonesia
Pada tahun 2012, firma pendidikan internasional ‘Pearson’ menerbitkan peringkat sistem pendidikan didunia. Enam peringkat teratas adalah Finlandia, Korea Selatan, Hongkong, Jepang, Singapura dan Inggris . Sementara, tiga peringkat terendah adalah Brasil, Meksiko,dan  Indonesia dan Indonesia menjadi peringkat 39 dari 40 negara(Harian kompas, 27/11/2012 ). Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010, keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru, "budaya" pendidikan dan jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik yang meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji. Hal ini mengimplikasikan bahwa masih rendahnya kualitas guru di Indonesia.
Rendahnya kualitas guru Indonesia juga dibuktikan melalui penelitian yang dirilis oleh World Bank pada 2012, penelitian ini dilakukan di kelas-kelas para guru yang menjadi responden dengan cara direkam atau divideokan. World Bank mengambil sampel di 12 negara Asia dan hasilnya guru Indonesia berada diurutan ke-12. Selain itu, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang diselenggarakan Kemdikbud pada 2012 juga menunjukkan hasil yang rendah, dimana nilai rata-rata guru yang ditetapkan minimal 70 ternyata para guru hanya mencapai nilai rata-rata 44,5 dari skor 100.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan ( BPSDMK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan ( PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) RI, Syawal Gultom, mengakui  bahwa masih banyak guru terutama di daerah-daerah  yang tidak lulus uji kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat dari rendahnya kualitas guru dan banyak guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik. Kepala Subdirektorat Tenaga Kependidikan Kementrian Riset ,Teknologi dan Pendidikan Tinggi ,Agus Susilo menyatakan kualitas guru di Indonesia kurang baik, “guru kita ibarat air keruh di dalam jambangan” . Menurut Anis Baswedan,  Pada Musyawarah Perencanaan pembangunan ( Musrenbang) Pendidikan se-provinsi Jambi ( 26/3/2015) rendahnhya kulitas guru di Indonesia nampak dari hasil uji kompetensi guru secara nasional yang di lakukan tahun 2012, nilai kompetensi guru Indonesia tidak mencapai 50% atau setengah dari skor maksimal kompetensi guru sebesar 100.
Ketua Dewan Pendidikan Sumut OK Nazaruddin Hisyam dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Unimed) Belferik Manullang, mengaku, hasil UKA 2012 membuktikan kualitas guru di Sumut  rendah, Sumut meraih nilai rata rata 37,4, atau jauh dari rata-rata nasional sebesar 42,25 dan peringkat ke-25 dari 33 provinsi. Sekretaris Dewan Pendidikan Sumatera Utara mengatakan bahwa di SUMUT kualitas guru yang ada belum memadai, belum menguasai ilmu pengetahuan teknologi sehingga guru harus dituntut untuk meningkatkan kualitas kompetensinya ( Harian SIB, 16/6/2015)
Kualitas guru menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Anis Baswedan, Kemendikbud 2014).  Rendahnya kualitas guru disebabkan oleh rendahnya uji kompetensi ,substansi keilmuan dan pemahaman penerapan pola pembelajaran yang tepat kepada anak didik. Firma pendidikan Pearson menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik pada guru. Dalam hal ini, perlu diteliti  faktor penyebab yang mempengaruhi rendahnya kompentensi, substansi keilmuan, pemahaman pola pembelajaran guru.  Sebab, studi maupun pelatihan yang  di lakoni guru selama ini tidak menunjukkan hasil  yang optimal.

Berdasarkan pemaparan seorang dosen UNIMED, dari hasil interview beberapa mahasiswa bimbinganya menyimpulkan bahwa adanya  hubungan minat belajar dan prestasi belajar  dengan peminatan  pilihan jurusan  ketika masuk  PTN.  Minat belajar  dan  prestasi mahasiswa yang pilihan pertamanya jurusan keguruan UNIMED lebih  baik daripada yang pilihan kedua maupun ketiga. Pada hal, kompetensi, keilmuan dan pola pembelajaran di pelajari secara komprehensif dan padu hanya ketika studi di jurusan keguruan. Didalam pelatihan guru, ini hanya dipelajari singkat saja Penulis berasumsi bahwa  adanya korelasi antara minat belajar dan prestasi guru ketika masa studi dengan kompetensi guru saat ini dan kemungkinan mahasiswa keguruan PTN di Indonesia adalah kebanyakan mahasiswa dengan peminatan pilihan kedua dan ketiga.. Oleh sebab itu penulis bermaksud meneliti “Analisis prestasi dan minat belajar mahasiswa  keguruan  berdasarkan peminatan pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam  seleksi masuk PTN”. Dari hasil penelitian ini, dapat menggambarkan kebergengsian  jurusan keguruan  dimata para calon mahasiswa berdasarkan tingkat peminatan., menyimpulkan ada tidaknya korelasi antara kualitas guru  dengan pilihan peminatan masuk PTN.  Dan diharapkan nantinya, bisa menjadi  referensi baru bagi pemerintah dalam  memutuskan suatu kebijakan pendidikan secara khusus dalam  penyelenggaraan seleksi masuk PTN.

Beban Guru ; ”Tomat Berbuah Semangka”

Beban  Guru ; ”Tomat Berbuah Semangka”
Kebijakan pendidikan bukan hal yang baru lagi dalam dunia pendidikan Indonesia. Sudah banyak kebijakan yang telah di selenggarakan oleh pemerintah mulai dari standarisasi, professionalisme pendidikan dan perubahan kurikulum dari kabinet  ke kabinet oleh pemerintah pusat. Hal terkini adalah kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah berubah menjadi desentralisasi, yang menekankan bahwa pengambilan kebijakan pendidikan berpindah dari pemerintah pusat (top gaverment) ke pemerintah daerah (district government) yang berpusat di pemerintah kota dan kabupaten. Kebijakan ini berjalan dengan iringan kurikulum yang saat ini di terapkan di dunia pendidikan Indonesia yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kebijakan pendidikan ini tentunya adalah suatu upaya yang sudah dipikirkan secara matang oleh pihak-pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan tersebut. Sungguhlah hal yang luar biasa ketika suatu kebijakan pendidikan selalu ada ditengah perjalan roda pendidikan kita. Namun kenapa hasil dari yang segitu banyaknya kebijakan tidak pernah bisa terlihat hasilnya secara optimal. Realitanya, kita bisa melihat sendiri bagaimana kondisi  pendidikan bangsa kita  hingga desawa ini, secara khusus jika  dibandingkan dengan dunia pendidikan bangsa lain.
            Sebagai objek sorotan utama  oleh pihak pemerintah didalam pengambilan setiap kebijakan salah satunya adalah guru sebagai pelaku utama pendidikan. Dimana dalam pengimplementasian kurikulum yang saat ini diterapkan  berpusat kepada kemandirian  guru dan kepala sekolah untuk mengkaji dan memahami standard nasional pendidikan, serta menerapkannya dalam pembelajaran.  Untuk menunjang program ini, pemerintah menyelenggarakan sertifikasi guru, diklat dan bahkan pembuatan suatu karya tulis ilmiah sebagai sarana bagi guru untuk menaikkan golongan sebagaimana halnya diberlakukan.  Sukses tidaknya implementasi kurikulum ini sangat dipengaruhi  oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut dalam pembelajaran. Dimana kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap implementasi kurikulum, serta tugas yang di bebankan kepadanya.  Guru sebagai suatu professi  dituntut  menjalankan peranannya sebagaimana KTSP memposisikan guru sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pembelajaran.  Guru juga harus memiliki kompetensi  dasar layaknya seorang pendidik  dalam menjalankan perannya sebagai agen pembelajaran.
            Kompetensi guru sebagai suatu modal utama seorang  guru dalam  melaksankan perannya sebagai pelaku pendidikan, apakah mampu  menerapkan visi dan misi kurikulum pendidikan kita?. Jika mampu mengapa tujuan pendidikan nasional belum bisa tercapai secara optimal sebagaimana KTSP telah merencanakannya?. Jika tidak  mampu,  yang menjadi alasan utama adalah kompetensi guru yang belum sepenuhnya di miliki oleh guru sekalipun sudah melewati program sertifikasi guru, diklat dan mungkin program lain yang berkaitan dengan pembinaan pelaku pendidikan. Layaknya manusia biasa guru pun selalu mengeluh dengan tuntutan kompetensi yang harus dimilikinya untuk menjalankan perannya sebagai pelaku pendidikan. Jadi, tidak salah lagi kalau guru dan tugasnya  ibarat tomat yang berbuah semangka. Tugas dan tuntutan tidak sebanding dengan kompetensi yang dimilikinya. Ketidakcocokan gaji dengan tugas yang dibebankan kepada guru mungkin juga menjadi alasan bagi  mereka  sehingga kurang optimal dalam menjalankan perannya. Namun, satu hal yang pasti gaji bukanlah alasan utama sehingga peranan guru tidak optimal  dalam menyelenggarakan tujuan pendidikan nasional.
            Kompetensi seorang guru sangat di pengaruhi oleh hasil belajarnya ketika berada di masa pendidikan sebelum menjadi seorang guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme. Dewasa ini pendidikan terakhir untuk bisa menjadi seorang guru adalah jurusan pendidikan mata pelajaran tertentu dibangku kuliah. Bekal menjadi seorang guru memang disiapkan sepenuhnya oleh pihak perguruan tinggi. Tapi, apakah bekal yang disiapkan bagi para calon guru sebanding dengan kemampuan atau kempetensi dasar  mahasiswa  ketika diseleksi untuk menjadi mahasiswa calon guru?. Mengingat passinggrade (standard kelulusan) jurusan pendidikan  ketika memasuki perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN sangatlah jauh berselisih jika dibandingkan dengan jurusan lain yang bukan kependidikan. Berdasarkan cara penyeleksian  ini, tentulah orang-orang yang masuk kedalam jurusan kependidikan memiliki kompetensi yang cukup rendah dibandingkan dengan  orang-orang yang masuk kedalam jurusan nonkepandidikan seperti jurusan teknik dan kedokteran. Sementara mahasiswa calon guru adalah calon pelaku utama suksesnya tujuan pendidikan nasional.

Seperti ungkapan seorang dosen sebuah universitas di sumatera utara “layaklah output suatu universitas berbeda dengan output universitas lain karena memiliki input yang berbeda”. Jadi layaklah jurusan yang memiliki calon mahasiswa dengan passinggrade tinggi  memiliki ouput yang lebih kompeten di bandingkan dengan  output jurusan  yang memiliki  passinggrade lebih rendah seperti  jurusan kependidikan.  Secara tidak langsung, sudah jelas bahwa orang-orang yang berasal dari jurusan kependidikan memiliki kompetensi yang lebih rendah dibandingkan dengan tamatan jurusan nonkependidikan.   Sementara orang-orang dikalangan  yang memiliki kompetensi yang rendah menjadi pelaku utama terselenggaranya  tujuan pendidikan nasional untuk kemajuan bangsa dan negara.  Jadi bukanlah guru mencari cari alasan untuk tidak mampu  memikul beban dan tugas yang diberikan pemerintah  karena pada dasarnya kompetensi yang dimiliki guru tidak sebanding dengan tugas dan perannya dalam visi dan misi pandidikan nasional.

Artikel Opini : Wiro Naibaho

KUALITAS GURU DAN RENDAHNYA SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

KUALITAS GURU DAN RENDAHNYA SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL


Bagaimanakah rasanya, ketika sebuah firma pendidikan internasional  menerbitkan bahwa  sistem pendidikan Indonesia peringkat terendah di dunia?, (berdasarkan Harian Kompas, 27/11/2012 “Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia”).  Setiap orang mungkin memiliki perasaan dan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi berita yang demikian. Namun yang pasti, mencari tahu solusi manjadi kewajiban bagi kita sebagai warga negara baik
Firma pendidikan internasional Pearson memadukan hasil tes internasional dan data ; seperti, tingkat kelulusan dan jumlah penduduk yang mengenyam  pendidikan ditingkat universitas, status professi guru diantara professi-professi lainnya dan guru berkualitas tinggi dalam penentuan peringkat sistem pendidikan. Yang dalam hal ini, penulis  memfokuskan artikel ini pada pentingnya guru berkualitas  tinggi.
Dalam rangka melaksanakan amanat pasal 1  UU No.20/2003 bahwa adanya evaluasi pendidikan, pemerintah banyak menyelenggarakan kebijakan sebagai upaya tindaklanjut dari hasil evaluasi tersebut. Program- program ini diselenggarakan oleh untuk menunjang tercapainya suatu tujuan  pendidikan nasional yang salah satunya melalui pembinaan kualitas guru. Meliputi, program sertifikasi, diklat, pembuatan karya tulis ilmiah,  pemerataan jenjang akademik ( minimal Strata 1), serta perbaikan tunjangan dan gaji guru. Terlaksana atau tidaknya semua program ini dengan baik  adalah tugas dan wewenang  dari jajaran Kemendikbud sebagai otorita tertinggi pelaksanaan pendidikan nasional untuk mengevaluasi dan menindaklanjutinya. Alhasil, berita  tentang rendahnya sistem pendidikan Indonesia yang diterbitkan firma pendidikan Pearson seakan menjadi jawaban atas hasil evalusi kondisi pendidikan Indonesia sampai tahun 2012.
Guru sebagai penyelenggara pendidikan memilki posisi istimewa dalam pelaksanaan roda  sistem pendidikan nasional.  Guru berinteraksi secara langsung dengan perserta didik. Tidak sama halnya dengan objek pekerjaan lain yang mungkin hanya benda mati atau mahluk hidup lainya. Setiap saat kondisi dan perilaku setiap peserta didik bisa berubah-ubah dan susah untuk diprediksi. Tidak jarang seorang guru terkejut melihat tingkah dan perilaku siswa sekalipun sudah dikenal cukup lama. Sehingga, tidak salah jika objek pendidikan nasional adalah termasuk objek yang terbilang sensitif yang harus mendapatkan perlakuan yang ekstra hati–hati dan membutuhkan perhatian yang fokus untuk setiap perubahannya setiap saat. Oleh sebab itu, perlu tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi dan kualitas terbaik baik dari segi akademik  maupun karakter.
Tujuh tahun terakhir ini,  banyaknya program pemerintah yang difokuskan pada kualitas dan kesejahteraan guru. Dikalangan muda, juga terlihat  efek isu guru, yang mana jurusan keguruan di universitas negeri memiliki peningkatan peminat dalam penyelenggaraan SBMPTN ( Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).. Bagaimana tidak, masa depan dan kesejahteraan guru sering masuk dalam pemberitaan di media cetak maupun elektronik. Namun, kualitas pendidikan secara umum dan kualitas guru pada khususnya masih kurang optimal hingga saat ini. Program tentang kualitas dan kesejahteraan guru melalui kenaikan gaji tidak mendapat sambutan baik dari para guru. Program kenaikan gaji yang diiringi dengan bertambahnya tugas dan tanggung jawab guru  tidak membawa kondisi baik pada kualitas pendidikan nasional. Hal ini, mengimplikasikan bahwa kompetensi guru-guru di Indonesia belum mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru karena tidak sebanding dengan kompetensi yang dimiliki guru sebagaimana tertera dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permenag Nomor 16/2010 Pasal 16 yang diperolehnya ketika menjalani masa pendidikan di perkuliahan dan ataupun melalui pelatihan setelah menjadi guru
Secara umum, gambaran kompetensi akademik dasar penduduk Indonesia yang memiliki kualitas baik bisa dilihat pada masa-masa ketika akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dalam hal ini, di khususkan pada seleksi mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Kemampuan intelektual seseorang akan terlihat jelas ketika menghadapi masa seleksi ke PTN. Setiap jurusan di PTN memiliki standard nilai kelulusan (passing grade) yang dibutuhkan untuk mencapai jurusan yang dituju dan umumnya berbeda. Ada yang standard tinggi sampai standard paling rendah begitu juga halnya dengan jurusan keguruan
Standard kelulusan seleksi masuk PTN dari tahun ke tahun hingga tahun terakhir ini (2015), pada  jurusan keguruan berada pada posisi yang rendah dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain, seperti halnya tehknik, kedokteran, dan jurusan lain yang favorit di PTN. Jika diperhatikan secara linier, gambaran umum standard kelulusan mempengaruhi kualitas intelektual mahasiswa yang masuk ke PTN. Singkatnya, kualitas intelektual mahasiswa yang masuk ke jurusan keguruan berada pada standard rendah  yang tentunya akan mempengaruhi kualitas kompetensi jurusan keguruan.
Sesuai dengan kurikulum, PTN mempersiapkan bekal dengan sangat baik untuk jurusan keguruan. Yang  pastinya, bersesuaian dengan kondisi tugas dan tangungjawabnya ketika nantinya menjadi seorang guru.  Tetapi, bagaimana jika bekal itu tidak mampu seutuhnya diperoleh oleh mahasiswa ketika sudah tamat dari PTN?.  Mengingat kondisi kualitas kompetensi dasar mereka ketika memasuki PTN cukup rendah dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain.   Hal ini, akan mengakibatkan kompetensi-kompetensi yang diperoleh mahasiswa jurusan keguruan tidak optimal atau bahkan jauh dibawah standard.
Passinggrade  Jurusan Keguruan harus Tinggi
            Passinggrade tinggi bertujuan untuk menyeleksi calon mahasiswa yang memiliki kualitas intelektual terbaik berada pada jurusan keguruan. Juga akan menjadi  paradigma baru nantinya bagi calon mahasiswa yang akan datang, yang mana jurusan keguruan menjadi salah satu jurusan paling berngengsi ketika memasuki PTN.  Dengan passing grade yang tinggi, mahasiswa jurusan keguruan akan jauh lebih baik ketika memperoleh bekal yang sudah dipersiapkan oleh PTN. Di Finlanda (negara posisi teratas sistem pendidikan terbaik), lulusan sekolah menengah terbaik  pada umumnya mendaftar di universitas yang membuka pendidikan  dan atau fakultas  keguruan. Persaingan untuk dapat diterima di universitas yang membuka jurusan  keguruan jauh lebih ketat, bahkan mampu mengalahkan fakultas bergengsi seperti kedokteran, teknik, farmasi, hukum dan ekonomi, yang sebaliknya justru terjadi dinegara kita. Begitu juga halnya negara tetangga kita, Singapura,,salah satu negara dengan sistem pendidikan  terbaik di dunia karena keunggulan dalam pendidikan guru dan penelitian pendidikan.
Keberadaan fakultas keguruan di negara yang maju sistem pendidikanya, harus menjadi cerminan dalam menerapkan  sistem pendidikan nasional di Indonesia. Orang-orang yang kuliah di jurusan keguruan harus orang-orang terbaik dalam seleksi masuk PTN dan  akan menjadi tamatan-tamatan terbaik yang dibekali dengan sangat  baik untuk menerima tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru yang professional. Dengan demikian, terciptalah guru-guru yang  berkualitas tinggi yang mewujudkan keberhasilan negara memberikan status tinggi pada guru serta terbentuknya suatu sistem pendidikan nasional yang jauh lebih baik.

Penulis adalah Alumni Pendidikan Kimia UNIMED ( wiro naibaho)
Sebagai Rangkaian Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2012

Upaya Kemdikbud dalam Menjangkau yang Tidak Terjangkau


Sebagaimana halnya prinsip penyelenggaraan sistem  pendidikan nasional yakni  demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Sistem pendidikan ini ditujukan kepada berbagai wilayah, bermacam suku dan bermacam gaya hidup serta bermacam tingkatan ekonomi diseluruh tanah air Indonesia. Keberagaman inilah yang mewarnai pelaksanaan setiap bagian sistem pendidikan nasional Indonesia.
            Indikator   tercapainya suatu tujuan pendidikan nasional sangat dipengaruhi  oleh bagus tidaknya penyelenggaraan sistem pendidikan tersebut. Penyelenggaraan sistem ini, ditangani oleh pihak pemerintah yang dimotori  orang-orang yang berkompeten di bidang kependidikan. Dimana setiap langkah penyelenggaraan harus menjungjung tinggi nilai-nilai yang tertera dalam prinsip penyelenggaraan sistem pendidikan yakni dalam UU No 20 tahun 2003. Mengingat prinsip ini, tentunya pemerintah diharuskan menjangkau setiap warga negara yang berhak  memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana program Kemdikbud tahun 2012.
            Berdasarkan data Kementrian Sosial  pada 25 Agustus 2011 ada 230.000 anak jalanan baik yang putus sekolah maupun belum mengenyam pendidikan.  Belum lagi anak yang putus sekolah dengan alasan orang tua tidak mampu membiayai pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Sementara kemajuan suatu negara sangat rentan  hubungannya dengan kemajuan pendidikan. Tergantung kita menilai bagaimana kondisi negara kita dan kondisi pendidikan  negara kita saat ini.  Begitu banyaknya anak  bangsa yang bermasalah dengan pendidikan maka layaklah posisi negara kita adalah negara berkembang. Negara yang masih harus banyak belajar untuk bisa menjadi negara yang maju.  Secara khusus belajar tentang pengelolaan pendidikan yang maju dan berkualitas.
            Tahun 2012 pemerintah telah mencanangkan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)   sebagai tahun untuk memberikan layanan kepada mereka yang tidak terjangkau dalam rangka peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) di semua jenjang pendidikan. Progam ini dilakukan  dengan cara menjemput para lulusan SMA/SMK/MA dari keluarga tidak mampu, baik secara ekonomi dan faktor  lain seperti masalah geografis dan budaya  untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Untuk itu pemerintah telah menyiapkan tiga langkah dalam pelaksanaan program ini yakni  membuat kebijakan berpihak atau yang menekankan diskriminasi positif yang mengarah pada fungsi keadilan, membangun sekolah baru sekaligus memperbaiki sekolah yang sudah ada, dan menyediakan bantuan dana pendidikan bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi.
            Layaknya. penanggung jawab utama maju tidaknya pendidikan adalah   pemerintah secara khusus Kemdikbud sebagai manager utama. Tapi tidak sepenuhnya kemajuan itu bertumpu ditangan pemerintah tanpa respon dan hasil yang diberikan oleh selurung masyarakat Indonesia. Upaya Kemdikbud untuk memajukan pendidikan tidak bisa diukur dengan banyaknya program yang sudah terlaksana dan atau masih berjalan. Tapi indicator utamanya adalah pola pikir yang terlihat disetiap warga negara dalam menjungjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sehingga kesadaran semua masyarakat akan pendidikan adalah kunci utama setiap program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah  secara khusus ketika pemerintah mencanangkan program pendidikan  menjangkau peserta didik yang tidak terjangkau.
            Masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan tidak akan menghiraukan setiap program yang dicanangakan melainkan akan mendukung sepenuhnya. Dengan  demikian, apakah semua masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan?. Mungkin sebagian tidak sadar, bagaimana jika memang sama sekali tidak tahu akan pentingnya pendidikan untuk menunjang kehidupan yang lebih maju. Dengan ini pemerintah penting mengenali sepenuhnya masyarakat Indonesia baik dari segi pola pikir, budaya dan kehidupan sosialnya.
Ada beberapa hal yang mungkin perlu  diperhatikan dalam rangka penyelenggaraan program  menjangkau  peserta didik yang tidak terjangkau.
1.      Rasa nasionalisme
Menurut L. Stoddard,  Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa. Rasa memiliki bangsa Indonesia itulah yang seharusnya ada dalam benak setiap warga negara sehingga kemajuan negara menjadi tanggungjawab  setiap pribadi masyarakat Indonesia. Rasa nasionalisme masyarakat akan membangkitkan semangat untuk membangun bangsa dan negara secara khusus dalam bidang pendidikan.
2.      Perlunya kesadaran masyarakat secara khusus anak usia sekolah akan pentingnya pendidikan .
Dengan pengalaman yang minim, masyarakat yang rendah atau bahkan  tidak pernah berpendidikan akan semakin jauh dari jangkauan penerapan program pengembangan pendidikan. Masyarakat  yang tidak mengerti pendidikan tidak akan tahu betapa pentingnya pendidikan itu akan masa depan mereka. Sehingga masyarakat  hanya terfokus kepada apa yang bisa dia kerjakan dari apa yang pernah dialaminya. Kalangan orangtuapun yang tidak  mengerti akan pentingnya pendidikan sering  tidak mengarahkan anak-anaknya kedalam dunia pendidikan sekalipun sianak punya keinginan untuk bersekolah lebih tinggi. Dukungan dan arahan orangtua sangat dominan dalam perjalanan studi seorang anak. Bahkan, mungkin masih ada orangtua yang melarang anaknya bersekolah. Pola pikir masyarakat yang demikian perlu mendapat perhatian penting dari pihak pemerintah secara khusus.

3.      Pengetahuan tentang kemudahan dan bantuan dalam bidang pendidikan.
Orangtua sering melarang anaknya untuk melanjutkan studi dengan alasan tidak akan mampu membiayai studi sianak. Bukan hanya ketika menuju perguruan tinggi, di tahapan SD,SMP,SMA pun peserta didik sering putus sekolah karena biaya sekolah. Sementara, begitu banyak program pemerintah berupa bantuan dan kemudahan dalam pendidikan. Terkadang, masyarakatpun tidak bisa percaya akan bantuan dan kemudahan  yang sebenarnya mereka tahu itu ada. Sehingga program ini terkadang memang tidak tepat sasaran. Siswa yang selayaknya mendapat bantuan sudah lebih duluan tidak bersekolah. Maka pentingnya penyelenggaraan  sosialisasi secara optimal terhadap masyarakat tentang sistem dan pengelolan pendidikan
4.      Masa Depan dalam Dunia Pendidikan.
Masyarakat yang berpendidikan rendah sering tidak paham tentang pentingya pendidkan itu sebenarnya. Mereka hanya terfokus kepada nafkah mereka sendiri. Sehingga sianak dari kalangan masyarakat seperti ini sering terikut dengan pekerjaan orangtunya. Masyarakat tahu ada sistem dan proses pendidikan itu, tapi tidak  mengerti apa gunanya ketika seseorang harus melajutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Masyarakat tidak bisa mendapat gambaran kedepan akan pentingnya pendidikan itu bagi kehidupannya.

            Dengan berbagai pengenalan terhadap objek suatu program akan lebih mempermudah jalanya program  itu sendiri. Pengenalan ini akan lebih mematangkan persiapan para pengelola pendidikan dalam menghadapi rintangan yang akan di jumpai dilapangan. Kemendikbud dalam rangka penyelenggaraan program penjangkauan  peserta didik yang tidak  terjangkau akan lebih optimal ketika seluruh masyarakat Indonesia memberikan respon yang baik terhadap program ini. Sehingga memungkinkan terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

Artikel Opini : Wiro Naibaho

Setelah UN, Kemanakah.?

Setelah UN, Kemanakah.?
Sekitar  1.461.941 anak bangsa Indonesia  di tingkat SMA/MA sederajat  mungkin  lega, setelah selesai ujian UN 2012. Mereka tinggal menunggu hasil dari UN  tersebut.   Terlepas dari lulus atau tidaknya di UN, para calon alumni SMA sederajat ini, sebagian besar pasti sudah memikirkan, kemanakah aku setelah UN!. Kalau ditanya, banyak  rencana anak-anak calon generesi muda ini untuk kedepannya;  ada yang mau langsung kerja, ada yang mau melanjut kuliah, ada yang mau melamar jadi TNI, dan lain sebagainya. Sungguh beragam rencana yang tercipta dari hasil pemikiran dan niat hati mereka. Tentunya, mereka berharap rencana yang mereka pilih akan membawanya kepada masa depan yang lebih baik. Yang menjadi permasalahan, bagaimana menjadikan suatu rencana yang benar-benar  menjamin masa depan mereka  sehingga berguna bagi nusa dan bangsa.
            Melihat begitu majunya peradaban kehidupan sekarang ini, tamat SMA/sederajatnya saja tidak cukup untuk  mencari pekerjaan yang layak. Yakni pekerjaan yang mampu mensejahterakan kehidupan masa depan anak bangsa.  Kalau tidak ada perkerjaan bagaimana menafkahi hidup?. Sungguh malang rasanya ketika dunia pekerjaan tidak ada yang bisa menerima kita dengan upah yang layak. Pekerjaan tidak hanya memerlukan kesehatan fisik dan rohani lagi, tetapi setidaknya harus memiliki skill secara pribadi. Diluar dari sekolah menengah kejuruan pasti akan sangat kewalahan menghadapi dunia kerja pada tamatan SMA. Keahlian secara khusus untuk bagian tertentu belum terarah secara pasti, kecuali mereka belajar secara informal. Tamatan kejuruan saja belum tentu bisa bekerja di bidang kejuruan yang di gelutinya. Mengingat masih cukup sederhananya pelajaran yang dipelajari mereka di SMK. Faktor masa waktu yang dilalui bersama kejuruan mereka juga masih cukup sedikit. Artinya masih minimnya  wawasan secara kompetensi pribadi, pola pikir dan wawasan yang luas. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa masih sangat pentingnya bagi para tamatan SMA/sedejarat untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini diupayakan untuk mendukung terbentuknya SDM yang lebih berkualitas dan matang dalam bidangnya masing-masing. Sehingga, mereka tidak canggung ketika berhadapan dengan dunia kerja.
Melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi memang bukan menjadikan kehidupan pribadi sesorang menjadi lebih enak. Tetapi akan lebih membutuhkan kerja keras yang  tinggi untuk melalui perkuliahan yang disediakan pihak perguruan tinggi. Tetapi itu hanya untuk sementara waktu saja, ada saatnya ketika kita sudah mengaplikasikan ilmu yang sudah kita dapat akan terasa kebahagiaan yang sesungguhnya.  Sekarang ini, banyak orang yang mampu secara ekonomi  untuk kuliah tetapi  tidak mau kuliah dengan alasan tidak mau belajar lagi, mengingat sungguh beratnya bersekolah ketika masih belajar di  sekolah SMA/sederajatnya. Emang!, seberat apa sebenarnya pelajaran di waktu sekolah di SMA atau sederajatnya?. Itu artinya tidak ada lagi semangat juang generasi muda ini untuk  menjungjung tinggi harkat dan martabat bangsa. Sungguhlah menangis bangsa kita ini, ketika alasan ini masih ada dikalangan anak muda sekarang.  Padahal, kita semua tahu bahwa hanya melalui kerja keras yang tinggilah akan mampu membawa kita kepada masa depan yang lebih cerah. Maka, di posisi maka manakah kita sekarang?. Orang lain tidak akan menentukan masa depan  kita , tetapi kita sendirilah yang menentukannya.
            Kondisi ekonomi memang selalu alasan utama bagi anak bangsa  untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.  Tetapi sekarang ini, alasan yang satu ini sudah terjawab oleh  Kemdikbud dengan Jargon “Menjangkau  Mereka yang Tidak Terjangkau”. So, masih ada lagi gak  ya alasan pemuda-pemudi bangsa ini untuk tidak kuliah?.  Kemauan anak bangsa untuk bersekolah itulah sebenarnya yang sedang diharapkan bangsa kita sekarang ini. Kemauan untuk bersaing di bidang IPTEK dengan bangsa lain, demi untuk menjungjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Karena bangsa kita ini tahu bahwa hanya melalui jalur pendidikanlah negara kita ini dapat maju dan berkembang dengan pesat.  Jadi, siapakah yang akan mewujudkan harapan bangsa kita ini?. Tidak lain, tidak bukan adalah kita sebagai generasi muda bangsa yang  cinta akan tanah Indonesia.
Dengan memanfaatkan kemudahan pendidikan sekarang ini, peluang untuk melanjutkan  pendidikan ke perguruan tinggi  cukup menjanjikan. Banyak kemudahan yang diberikan pemerintah bagi masyarakat yang kurang mampu untuk bisa melanjutkan  pendidikannya. Sebagaimana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)  menjadikan tahun 2012 sebagai tahun untuk memberikan layanan kepada mereka yang tidak terjangkau.Yang dalam hal ini, Kemdikbud  akan menjemput para lulusan SMA/MA/SMK dari keluarga miskin untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan bagi para calon generasi muda bangsa untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Modal utama untuk bisa kuliah adalah  kemauan.  Kemampuan akademik adalah hal  kedua . Apalagi sekarang ini  biaya untuk SNMPTN saja sudah gratis. Didalam perkuliahan sudah banyak beasiswa yang menanti  disana. Jadi, sungguhlah rencana yang tidak bijak ketika di masa sekarang ini tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.


            Kuliah keperguruan tinggi bukan berarti menjamin sebuah pekerjaan kepada seorang mahasiswa. Dalam perguruan tinggi kita akan dimatangkan dalam bagian kompetensi tertentu yang kita pilih. Misalnya, untuk menjadi guru  kimia, harus melalui pematangan dari perkuliahan di jurusan pendidikan kimia.  Yang paling penting sebenarnya dalam perkuliahan adalah  proses pendewasaan dan proses membuka wawasan yang lebih luas  tentang  bagaimana cara untuk bertahan hidup.  Karena, kompetensi pribadi, pola pikir yang dewasa dan wawasan yang luas itulah sebenarnya yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan.

Artikel Opini : Wiro Naibaho 

Mendambakan Kota Medan yang Bersih dan Asri Melalui Peran Mahasiswa.

Mendambakan Kota Medan yang Bersih dan Asri Melalui Peran Mahasiswa.
            Medan adalah termasuk kota yang terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Medan juga kota metropolitan yang tidak kalah megahnya dengan ibukota Jakarta.  Tidak salah juga jika kota Medan dijuluki juga sebagai kota pelajar dengan  melihat begitu banyaknya pelajar yang datang dari berbagai wilayah untuk bersekolah di kota ini. Secara khusus didatangi pelajar yang berstatus sebagai Mahasiswa. Hal ini memang didukung oleh begitu banyaknya perguruan tinggi di kota Medan.
            Bercermin dari pengalaman pribadi, kota Medan memang terlihat sepi ketika musim liburan. Angkutan kota yang biasanya  mengangkut banyak penumpang, tetapi, di musim libur sering terlihat  tidak sepadat  biasanya. Apalagi angkutan yang menuju jalan Pancing dan Padang Bulan yakni dua areal Medan yang cukup banyak dihuni para mahasiswa.  Dan juga areal  yang didatangi mahasiswa  dari berbagai sudut kota Medan. Kebiasaan lima tahun terakhir seperti ini, memungkinkan sebuah kesimpulan yang menunjukkan bahwa populasi mahasiswa di kota Medan cukup besar.
            Mengingat populasi mahasiswa  sebagai masyarakat yang memilki pola pikir diatas rata-rata  begitu besar, maka patutlah peran serta mahasiswa  diperhitungkan dalam rangka menjaga dan melestarikan kebersihan dan keasrian kota Medan. Layaknya sebuah kota metropolitan, kebersihan dan keasrian kota  perlu dijaga dengan baik. Namun sebaliknya, kawasan kota Medan yang dihuni sebegitu banyaknya mahasiswa, justru termasuk wilayah yang sangat tidak  bersih dan tidak asri. Kawasan dimana sampah sering terlihat disetiap pinggiran jalan dan bahkan di areal saluran air. Akibatnya, hujan dengan curah rendah pun dapat mengakibatkan  luapan air hingga permukaan jalan.
            Sebagai generasi muda bangsa, mahasiswa harus mampu menjadi teladan bagi masyarakat kota Medan. Mampu menjadi pribadi yang pertama peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar kota Medan. Bentuk kepedulian dan kontribusi bisa dituangkan dalam berbagai hal, dimana saja dan setiap saat. Peran serta mahasiswa dapat dilakukan mulai dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar.
Terapkan Semboyan 3M (mulai dari diri sendiri, mulia dari hal-hal kecil dan mulai dari saat ini.)
            Memulai diri sendiri menjadi pribadi yang peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar  adalah hal-hal kecil yang perlu diperhatikan oleh seorang mahasiswa. Misalnya tidak membuang sampah milik pribadi dengan sembarangan. Jika hal ini telah dilakukan, mulailah untuk mengajak orang lain dan jika belum, mulailah dari saat ini juga. Mungkin bukanlah suatu hal yang merugikan pribadi atau memakan  waktu untuk peduli terhadap lingkungan hidup. Karena kepedulian sekecil apapun yang kita berikan, akan sangat berpengaruh terhadap masa depan lingkungan kita.
            Menjadi Teladan Bagi Orang Lain.
            Sebagai mahasiswa yang sudah peduli dengan lingkungan, kita juga  harus mampu menjadi teladan bagi masyarakat sekitar. Menjadi teladan tidak cukup hanya sebagai orang yang menerapkan 3M saja, tetapi harus mampu menegur, memberitahu dan mengajak. Menegur  dan menasehati orang yang membuang sampah sembarangan. Memberitahu kepada orang-orang disekitar kita akan pentingnya kebersihan lingkungan bagi kelangsungan hidup manusia. Dan mengajak orang sebagai pribadi yang mampu menegur, memberitahu dan mengajak orang-orang supaya peduli dengan kondisi kebersihan lingkungan hidup. Dengan bertambahnya orang disekitar kita yang peduli lingkungan, maka akan semakin berkurang beban kita secara pribadi untuk berperan sebagai agent peduli lingkungan hidup.
Peran Serta  Organisasi Mahasiswa.
            Wadah atau organisasi mahasiswa biasa disebut dengan unit kegiatan mahasiswa. Didalam diskusi organisasi mahasiswa baik yang eksternal maupun internal,  hal-hal berkembang seperti isu lingkungan hidup akan lebih cocok untuk dibicarakan dibandingkan di jam perkuliahan,  mengingat isu seperti ini adalah bagian  dari nonakademik. Itulah kelebihan mahasiswa yang aktif didalam suatu organisasi mahasiswa. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai hal diluar akademik. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak aktif di unit kegiatan mahasiswa ataupun organisasi mahasiswa lain akan lebih cenderung tidak peduli dengan hal-hal diluar akademik. Oleh karena itu, peran serta organisasi mahasiswa sangat dibutuhkan, secara khusus bagi mahasiswa di lingkungan kampus. Disisi lain, kelompok mahasiswa juga akan lebih mudah untuk menyelenggarakan suatu seruan terhadap masyarakat akan pentingnya lingkungan bersih terhadap kelangsungan hidup.
Perlunya Dukungan dari Pihak Birokrasi Kampus.
            Peran serta birokrasi kampus sangat berpengaruh terhadap suatu bentuk sosialisasi. Seperti halnya, menerapkan semboyan “Kampus Bebas Sampah”. Semboyan seperti ini akan membiasakan mahasiswa untuk tidak sembarangan membuang sampah, sekalipun hanya dilingkungan kampus saja.  Terbiasanya mahasiswa dikampus peduli dengan sampah, akan mereka bawa kemanapun mereka melangkah.  Peran serta dan dukungan birokrasi kampus juga sangat berpengaruh terhadap suatu program organisasi mahasiswa. Yang dalam hal ini, adalah suatu program yang menyerukan pentingnya lingkungan yang bersih terhadap kelangsungan hidup. Hal-hal seperti ini dapat berbentuk ; Seminar, Aksi Bersama, atau bahkan aksi lain yang mengajak masyarakat untuk peduli dengan lingkungan hidup.

            Mendambakan kota Medan yang bersih dan asri, memang bukan sepenuhnya tanggungjawab mahasiswa, tapi peran serta mahasiswa dalam hal ini sangat dominan. Disamping jumlahnya yang begitu besar juga masih memilki pola pikir yang lebih segar dan masih terbiasa dengan semangat berjuang. Kebayang gak?, ketika seluruh mahasiswa kota Medan ini menjadi orang yang sangat peduli dengan kebersihan lingkungan?. Tapi saya yakin tidak akan seperti kondisi yang saat ini dan pasti akan lebih baik. Karena sekecil apapun yang kita berikan terhadap kebersihan lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap masa depan lingkungan kita. Oleh karena itu, sebagai generasi muda bangsa, mari kita tunjukkan rasa peduli kita terhadap tanah air kita Indonesia secara khusus kota Medan yang kita cintai ini.

Artikel Opini : Wiro Naibaho

Cegah Koruptor Melalui Pendidikan Karakter Sejak Dini

Cegah Koruptor Melalui Pendidikan Karakter  Sejak Dini
Akankah bertambah satu lagi semboyan bangsa kita; “Corruption is My Hobby”?.
Ditengah semakin krisisnya ekonomi dunia, kondisi negara kita justru sedang diwarnai kasus-kasus korupsi. Hampir setiap tahunnya kasus korupsi selalu mewarnai jalannya roda  pemerintahan bangsa kita.Tidak ada bedanya pejabat tinggi ataupun pejabat bawahan, sama-sama memiliki karakter yang kurang terpuji.  Indonesia sepertinya lahan yang subur untuk pertumbuhan para koruptor. Sehingga kasus korupsi seakan tidak pernah ada ujungnya. Misalnya; Kasus “Suap ketua Mahkamah Konstitusi” Akil Muchtar yang ditangkap menerima suap kasus sengketa Pemilukada Gunung Mas. Yang menjadi berita utama disetiap media cetak dan media elektronik akhir-akhir ini.  Banyak pihak yang kaget dengan penangkapan pejabat yang disebut-sebut anti-korupsi ini. Bahkan presiden SBY pun mengaku terkejut dengan fakta tertangkap tangannya ketua MK ini. Bagaimana tidak terkejut, ketika orang yang seharusnya menjadi penegak hukum nomor satu menjadi pelanggar hukum itu sendiri. Karakter yang tidak terpuji, itulah yang tercermin dari salah satu contoh kasus korupsi oleh pejabat tinggi ini.Berbicara tentang karakter yang tidak terpuji yang dicerminkan sebagian pejabat bangsa ini, tidaklah pantas pejabat seperti mereka dikemudian hari menjadi pejabat tinggi negara. Lantas, masi adakah solusi untuk mencegah hadirnya pejabat tinggi negara yang tidak berkarakter baik adanya?
 Bercermin dari masa lalu negara kita sebelum reformasi tahun 1998. Yakni, tahun terakhir pemerintahan almarhum mantan presiden Suharto. Negara Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Krisis ini tidak lain adalah karena kasus korupsi yang melanda  Indonesia. Akibat krisis ini, negara kita seakan memulai  pembangunan  dari nol lagi. Bisa dikatakan, meniadakan bahwa negara kita sudah merdeka selama  53 tahun pada masa itu.
            Lima belas tahun sudah berlalu masa reformasi, kondisi ekonomi negara kita belum bisa terbilang semakin membaik. Masa reformasai yang begitu banyak mengorbankan  jiwa anak bangsa  untuk menghentikan misi para koruptor  seakan sia-sia begitu saja. Malah mati satu tumbuh seribu jadinya. Perjuangan berdarah itu justru dimanfaatkan oleh orang baik pada  zaman sebelum reformasi menjadi kesempatan baik untuk menjadi koruptor baru.  
            Koruptor adalah manusia biasa sama seperti warga negara Indonesia lainnya. Satu bangsa dan satu tanah air Indonesia, satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan satu dasar negara Pancasila. Yang lebih dekat lagi, satu perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan  pada hakekatnya adalah satu keluarga besar  NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Namun mengapa begitu tega para koruptor menyengsarakan kita-kita yang sebenarnya masih satu keluarga besar mereka?.
             Korupsi adalah perbuatan yang tidak terpuji dan sangat merugikan bangsa dan negara.  Perbuatan  yang merugikan seluruh warga negara Indonesia yang masih terbilang miskin dari segi ekonomi. Sudah miskin ketimpa tangga pula, begitulah nasib masyarakyat Indonesia. Akibat perbuatan tidak terpuji para koruptor, yang mementingakan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum. Sehingga, tidak sedikit anak bangsa yang putus sekolah dan bahkan banyak penduduk di sejumlah daerah yang tertimpa musibah kelaparan.  Atau mungkin, perbuatan para koruptorlah  penyebab utama negara kita ini tidak mengalami kemajuan.
            Perbuatan korupsi menunjukkan berbagai hal secara pribadi yang dimiliki oleh koruptor yakni tidak adanya jiwa nasionlisme dalam dirinya, dan tidak adanya rasa persaudaraan  sebangsa dan setanah air sehingga demi kepentingan pribadi mengorbankan kepentingan umum ataupun negara.  Orang yang korupsi bukanlah orang yang bodoh tetapi orang yang kurang dari segi  moral. Orang yang korupsi biasanya adalah orang-orang terbaik Negara, baik dari  segi akademik  maupun pola pikir dan kreatifitas. Yang menjadi masalah, mengapa orang-orang terbaik negara yang menghancurkan negara  kita ini?.
            Sejak pemerintahan presiden SBY telah terbentuk  KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan ICW ( Indonesian Corruption Watch) yakni dua lembaga yang bekerja untuk memberantas dan mengamati korupsi di Indonesia. Cuma, kenapa ya? waktu itu tidak ada terbentuk  ITW (Indonesian Treatment Corruption) yakni seakan-akan menjadi lembaga pencegah korupsi. Seperti kata orang dulu kan  lebih baik mencegah daripada memberantas!. Upaya pencegahan lahirnya koruptor sangat erat hubungannya dengan pendidikan yang dia lalui sejak bersekolah. Kebiasaan yang dilakukan ataupun kebiasaan yang sering dilihat akan mempengaruhi sikap dan karekter dia sampai pada dunia kerja. Melihat dari sisi ini, pendidikan karakter harus diterapkan sejak dini kepada para perserta didik. Dan menjadi suatu keharusan bagi para perserta didik yang menjadi generasi penerus bangsa, benar- benar memiliki sikap dan karakter yang terpuji. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan upaya pencegahan koruptor melalui pendidikan karakter sejak dini peran serta Kemendikbud  sangat dibutuhkan sebagai  ITW. Generasi muda bangsa yang masih dalam tahap pendidikan perlu untuk dibentuk menjadi pribadi yang punya jiwa nasionlisme dan jiwa persaudaraan yang tinggi. Sehingga nantinya tidak menjadi koruptor-koruptor baru yang lebih ganas.
Pendidikan Karakter Sejak Dini
Negara yang berkarakter adalah negara yang dihuni oleh orang-orang yang berkarakter pula. Apakah kita selaku warga negara Indonesia, adalah warga negara yang berkarakter?.  Menjadi warga negara yang berkarakter bukanlah hal yang merugikan kita secara pribadi ataupun secara kepentingan umum. Justru akan menjadi keuntungan besar bagi kita dan dengan sendirinya akan sangat berpengaruh besar untuk menunjang kemajuan bangsa dan negara. Negara Indonesia yang berkarakter bukan ditentukan oleh karakter warga negara asing. Tetapi,  harus dibentuk oleh warga negara Indonesia sendiri  yang berkarakter.
Menurut Timothy Wibowo, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dimana afeksi dari setiap orang itu mengarah kepada nilai-nilai normatif, pribadi yang teguh pendirian untuk melakukan yang baik,dan setia pada komitmen. Jadi, pandidikan karakter adalah bentuk pendidikan yang menekankan terbentuknya karakter perserta didik pada masa pendidikan. Melihat kondisi karakter sebagian pejabat tinggi ataupun pejabat bawahan  negara kita, pendidikan karakater sejak dini sangatlah penting bagi pendidikan Indonesia.
Upaya penekanan pendidikan karakter sejak dini, memang tidak sepenuhnya menjadi indikator utama tidak akan adanya koruptor dimasa yang akan datang. Tetapi, sebagai suatu upaya yang lebih sederhana untuk membentuk karakter para generasi muda bangsa. Dengan ini terbentuklah generasi muda yang punya komitmen untuk menjunjung tinggi nama baik bangsa ditengah peradaban sekarang ini. Pendidikan karakter juga akan  menjadi basik atau dasar dalam pembentukan  karakter berkualitas bangsa yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu serta saling menghormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Masyarakat yang berkarakter akan lebih membawa kemajuan terhadap negara Indonesia. Bukankah kita ingin negara kita ini maju?. Pendidikan karakter haruslah menjadi fokus utama pemerintah dalam rangka membentuk generasi-generasi muda bangsa yang berkarakter. Generasi muda yang cinta tanah air dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Ditengah kondisi pesatnya perkembangan dunia, kita harus sedia payung sebelum satu detik kedepan terbentuk bibit-bibit koruptor baru yang akan memiskinkan negara Indonesia yang kita cintai ini. Korupsi hanya bisa dicegah tetapi tidak akan bisa diobati. Untuk itu, mari sama-sama mencegah koruptor dan membiasakan diri tidak korupsi dalam hal apapun. Karena, tidakkah lebih baik mencegah daripada memberantas?

Artikel Opini. Wiro naibaho