Analsis
prestasi dan minat belajar mahasiswa keguruan berdasarkan peminatan pilihan
pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi masuk PTN.
Latar Belakang.
A. Rendahnya
kualitas guru di Indonesia
Pada tahun 2012, firma pendidikan
internasional ‘Pearson’ menerbitkan
peringkat sistem pendidikan didunia. Enam peringkat teratas adalah Finlandia,
Korea Selatan, Hongkong, Jepang, Singapura dan Inggris . Sementara, tiga
peringkat terendah adalah Brasil, Meksiko,dan
Indonesia dan Indonesia menjadi peringkat 39 dari 40 negara(Harian
kompas, 27/11/2012 ). Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data,
seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010, keberhasilan
negara-negara memberikan status tinggi pada guru, "budaya" pendidikan
dan jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas. Laporan
itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari
cara untuk merekrut staf terbaik yang meliputi status dan rasa hormat serta
besaran gaji. Hal ini mengimplikasikan bahwa masih rendahnya kualitas guru di
Indonesia.
Rendahnya kualitas guru Indonesia
juga dibuktikan melalui penelitian yang dirilis oleh World Bank pada 2012,
penelitian ini dilakukan di kelas-kelas para guru yang menjadi responden dengan
cara direkam atau divideokan. World Bank mengambil sampel di 12 negara Asia dan
hasilnya guru Indonesia berada diurutan ke-12. Selain itu, hasil Uji Kompetensi
Guru (UKG) yang diselenggarakan Kemdikbud pada 2012 juga menunjukkan hasil yang
rendah, dimana nilai rata-rata guru yang ditetapkan minimal 70 ternyata para
guru hanya mencapai nilai rata-rata 44,5 dari skor 100.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
Kebudayaan ( BPSDMK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan ( PMP), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) RI, Syawal Gultom, mengakui bahwa masih banyak guru terutama di
daerah-daerah yang tidak lulus uji
kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat dari rendahnya kualitas guru dan banyak
guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola
pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik. Kepala Subdirektorat
Tenaga Kependidikan Kementrian Riset ,Teknologi dan Pendidikan Tinggi ,Agus
Susilo menyatakan kualitas guru di Indonesia kurang baik, “guru kita ibarat air keruh di dalam jambangan” . Menurut Anis
Baswedan, Pada Musyawarah Perencanaan
pembangunan ( Musrenbang) Pendidikan se-provinsi Jambi ( 26/3/2015) rendahnhya
kulitas guru di Indonesia nampak dari hasil uji kompetensi guru secara nasional
yang di lakukan tahun 2012, nilai kompetensi guru Indonesia tidak mencapai 50%
atau setengah dari skor maksimal kompetensi guru sebesar 100.
Ketua
Dewan Pendidikan Sumut OK Nazaruddin Hisyam dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(Unimed) Belferik Manullang, mengaku, hasil UKA 2012
membuktikan kualitas guru di Sumut
rendah, Sumut meraih nilai
rata rata 37,4, atau jauh dari rata-rata nasional sebesar 42,25
dan peringkat ke-25 dari 33
provinsi.
Sekretaris Dewan Pendidikan Sumatera Utara mengatakan
bahwa di SUMUT kualitas guru yang ada belum memadai, belum menguasai ilmu
pengetahuan teknologi sehingga guru harus dituntut untuk meningkatkan kualitas
kompetensinya ( Harian SIB, 16/6/2015)
Kualitas guru menjadi salah satu
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Anis Baswedan, Kemendikbud
2014). Rendahnya kualitas guru disebabkan
oleh rendahnya uji kompetensi ,substansi keilmuan dan pemahaman penerapan pola
pembelajaran yang tepat kepada anak didik. Firma pendidikan Pearson menunjukkan
bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang
lebih baik pada guru. Dalam hal ini, perlu diteliti faktor penyebab yang mempengaruhi rendahnya
kompentensi, substansi keilmuan, pemahaman pola pembelajaran guru. Sebab, studi maupun pelatihan yang di lakoni guru selama ini tidak menunjukkan
hasil yang optimal.
Berdasarkan pemaparan seorang dosen
UNIMED, dari hasil interview beberapa mahasiswa bimbinganya menyimpulkan bahwa
adanya hubungan minat belajar dan
prestasi belajar dengan peminatan pilihan jurusan ketika masuk
PTN. Minat belajar dan
prestasi mahasiswa yang pilihan pertamanya jurusan keguruan UNIMED lebih baik daripada yang pilihan kedua maupun
ketiga. Pada hal, kompetensi, keilmuan dan pola pembelajaran di pelajari secara
komprehensif dan padu hanya ketika studi di jurusan keguruan. Didalam pelatihan
guru, ini hanya dipelajari singkat saja Penulis berasumsi bahwa adanya korelasi antara minat belajar dan
prestasi guru ketika masa studi dengan kompetensi guru saat ini dan kemungkinan
mahasiswa keguruan PTN di Indonesia adalah kebanyakan mahasiswa dengan
peminatan pilihan kedua dan ketiga.. Oleh sebab itu penulis bermaksud meneliti
“Analisis prestasi dan minat belajar mahasiswa
keguruan berdasarkan peminatan
pilihan pertama,kedua dan ketiga dalam seleksi
masuk PTN”. Dari hasil penelitian ini, dapat menggambarkan kebergengsian jurusan keguruan dimata para calon mahasiswa berdasarkan
tingkat peminatan., menyimpulkan ada tidaknya korelasi antara kualitas
guru dengan pilihan peminatan masuk
PTN. Dan diharapkan nantinya, bisa
menjadi referensi baru bagi pemerintah
dalam memutuskan suatu kebijakan
pendidikan secara khusus dalam
penyelenggaraan seleksi masuk PTN.